18 May 2013

Mengetahui Baik Buruknya Kepemimpinan

Terdapat 4 (empat) ciri-ciri kepemimpinan yang dapat diambil sebagai pegangan untuk mengetahui baik buruknya kepemimpinan yaitu moril, disiplin, jiwa kesatuan dan kecakapan (keterampilan) dari kesatuan atau organisasi yang dipimpin.

a.  Moril

1) Moril adalah keadaan jiwa dan emosi seseorang yang berhubungan dengan tugas dan meliputi kemampuan untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Moril adalah suatu yang subyektif, psikis dan suka ditangkap serta bertalian dengan perasaan-perasaan tentang pekerjaan dan organisasi.

2)     Moril yang tinggi adalah keadaan alam pikiran seseorang  yang membuatnya puas dalam lingkungannya, percaya kepada diri sendiri, kawan-kawan dan pimpinannya serta berkeras hati untuk dapat melaksanakan segala tugasnya seefisien mungkin. Oleh karena itu seseorang yang bermoril tinggi akan mempunyai kepercayaan yang teguh kepada organisasi, pemimpin dan tujuan dari organisasinya.

3)    Dua kesatuan yang sama dalam perlengkapan, sama dalam disiplin dan kepemimpinan yang relatif sama pula, tetapi salah satunya memiliki keunggulan moril terhadap yang lain, maka kesatuan yang memiliki moril yang lebih tinggi biasanya yang memiliki keberhasilan yang tinggi.

4) Ciri-ciri adanya moril yang baik ditandai dengan :

a) Adanya perhatian yang besar.
b) Kegembiraan.
c) Perasaan taat yang mendalam.
d) Sungguh-sungguh melaksanakan kewajiban-kewajiban.
e) Perintah-perintah maupun petunjuk-petunjuk ditaati dengan baik.
f) Kerja sama dengan kegiatan bekerja dengan ikhlas.

5) Ciri-ciri adanya moril rendah menunjukkan :

a) Sikap masa bodoh.
b) Tidak ada sifat berlomba.
c) Rasa tidak adil.
d) Sering terjadi pelanggaran.
e) Kebencian yang aktif dan mendalam terhadap pimpinan.

6)     Moril sebagai keadaan jiwa seseorang dapat mudah berubah-ubah karena pengaruh keadaan yang berlaku dalam organisasi. Dalam hubungan ini yang dapat mempengaruhi keadaan jiwa seseorang itu antara lain adalah :

a) Kepemimpinan.
b) Kepercayaan.
c) Penghargaan atas penyelesaian tugas.
d) Solidaritas rombongan dan kebanggaan terhadap kesatuan.
e) Latihan dan pelajaran.
f) Kesejahteraan dan rekreasi.
g) Kesempatan untuk mengembangkan bakat.
h) Pengaruh-pengaruh.
i) Struktur organisasi.

Untuk dapat memiliki moril yang tinggi, kepemimpinan yang baik dalam hal ini adalah suatu kepemimpinan yang dapat menyatukan kepentingan-kepentingan organisasi dengan kepentingan anggota dengan kata lain adanya keseimbangan yang timbal balik.

b. Disiplin.

1) Disiplin adalah ketaatan dengan tidak ragu-ragu dan tulus ikhlas kepada perintah-perintah atau petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Atasan / Pimpinan / Komandan dengan mempergunakan pikirannya. Disiplin yang baik adalah disiplin yang timbul karena keinsyafan, pengertian yang baik mengenai tujuan dan karena loyal kepada Atasan / Pimpinan / Komandan ataupun tim. Pujian pimpinan kepada anggota bawahannya, baik perorangan ataupun kesatuan terhadap sesuatu tugas yang telah diselesaikan dengan baik dapat memperkuat ikatan disiplin dan memperkokoh kerja sama tim secara lebih lancar dan kompak.

2) Musuh yang terbesar dari disiplin didalam kesatuan atau organisasi adalah ragu-ragu atau rasa takut yang biasanya timbul karena hal-hal yang belum diketahui. Oleh karena itu, penerangan-penerangan yang bersifat pengisian jiwa dan penerangan mengenai segala hal, sehingga tidak ada hal yang tidak mereka ketahui akan merupakan usaha yang baik untuk mengatasi perasaan-perasaan tersebut. Disamping itu dengan memberikan kegiatan-kegiatan yang kontinue akan tumbuh pula rasa percaya pada dirinya, sehingga rasa ragu-ragu atau rasa takut itu setidaknya akan berkurang.

c. Jiwa kesatuan (corpsgeest).

1) Jiwa kesatuan adalah loyalitas, kebanggaan dan antusias yang tertanam pada anggota terhadap kesatuan atau corpsnya. Apabila moril merupakan jiwa perorangan, maka jiwa kesatuan ini adalah jiwa yang dihasilkan dari kesatuan / corpsnya ataupun badan / organisasi sebagai satu keseluruhan.
2) Moril dan jiwa kesatuan mempunyai pengaruh yang timbal balik. Didalam kesatuan atau organisasi dengan jiwa kesatuan yang tinggi, ketidak puasan perseorangan dari beberapa anggota didalam kesatuan itu dapat padam oleh semangat kesatuan yang ada. Apabila antara Anggota dengan anggota terdapat kerja sama, saling percaya dan perasaan saling terbuka, maka melalui suatu proses tertentu dalam waktu yang relatif lama, moril kesatuan yang baik itu akan dapat menjelma menjadi jiwa kesatuan yang baik pula.
3) Seperti halnya dengan moril atau disiplin, jiwa kesatuan dapat juga naik turun, hal ini tergantung pada pimpinan, keadaan dan moril dari perorangan didalamnya.

d. Kecakapan / ketangkasan.

1) Kecakapan / ketangkasan adalah kepandaian dalam melaksanakan tugas dengan hasil yang baik dan dapat menyelesaikannya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dengan tenaga yang sedikit-dikitnya dan dengan keributan yang sekecil-kecilnya.
2) Apabila moril, disiplin dan jiwa kesatuan adalah berhubungan dengan jiwa perorangan, maka jiwa tersebut harus diisi dan dilengkapi dengan ketangkasan yaitu kecakapan tehnis, kecakapan taktis dan kecakapan fisik, sehingga pada akhirnya kesatuan, badan atau organisasi itu akan menjadi suatu tim yang kompak. Kecakapan / ketangkasan dari kesatuan, badan atau organisasi itu dapat dicapai melalui latihan-latihan, pelajaran-pelajaran, pembagian tugas yang sesuai, penempatan yang tepat dan lain sebagainya.

Pada akhirnya, apabila ke 4 (empat) ciri-ciri kepemimpinan tersebut adalah moril, disiplin, jiwa kesatuan atau kecakapan/ketangkasan itu dimiliki oleh suatu kesatuan, badan atau organisasi dengan baik, maka niscaya akan dicapai daya  kepemimpinan yang baik.

1 komentar:

Wisata Jawa Barat said...

Siap Laksanakan komandan :D
Disiplin,, ini yang lumayan sulit